![]() |
Presiden Rusia Vladimir Putin. ©Reuters
|
Radar Bharindo, - Buntut Tindakan Presiden
Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memerintahkan serangan rudal ke
pangkalan militer Suriah. Rusia dan Iran mengancam akan mengerahkan pasukan
yang lebih besar jika negara adidaya tersebut kembali melanggar 'garis merah'
sekali lagi.
![]() |
Presiden Rusia dan Presiden Iran, saat komunikasi melalui telpon, bahas kondisi Suriah |
Dilansir dari laman the Independent, Senin (10/4), ancaman
itu diungkapkan sebagai tanggapan atas serangan rudal Tomahawk yang
menghancurkan pangkalan militer Suriah di Homs. Kedua negara ini beraliansi
untuk mendukung penuh kekuasaan Presiden Bashar al-Assad atas negerinya.
"Apa yang dilancarkan Amerika dalam agresi terhadap
Suriah merupakan melewati batas merah. Mulai saat ini kami akan merespons
dengan kekuatan penuh setiap agresor atau penerobosan batas merah dari siapapun
itu, dan Amerika tahu kemampuan kami untuk meresponsnya dengan baik,"
demikian pernyataan pusat komando gabungan.
Donald Trump menyatakan serangan terhadap pangkalan udara
al-Shayrat dekat Homs dengan menembakkan 59 rudal Tomahawk merupakan telah
'mewakili dunia'. Markas itu diduga dipakai pasukan loyalis Assad untuk
mempersiapkan serangan gas beracun, yang menewaskan lebih dari 70 warga sipil,
termasuk anak-anak.
Menteri Pertahanan Inggris, Sir Michael Fallon, meminta Rusia
untuk mengendalikan Assad. Dia juga menyebut Moskow 'bertanggung jawab atas
setiap kematian warga sipil' di Khan Sheikhoun.
Fallon menyebut serangan itu terjadi dalam pantauan mereka,
dan Vladimir Putin harus menepati janjinya untuk menghancurkan senjata kimia
milik Assad.
Inggris, AS dan Prancis menuduh rezim Assad melakukan
serangan gas terhadap kota yang dikuasai pasukan pemberontak Suriah, namun
Damaskus membantah tuduhan itu dan mengaku sudah menghancurkan penyimpanan
senjata kimia sesuai perjanjian internasional pada 2013 lalu.
Sebagai tanggapan atas serangan AS tersebut, Rusia telah
mengirimkan kapal perang bernama Admiral Grigorovich yang dilengkapi rudal
jelajah. Kapal tersebut selama ini ditempatkan di Laut Hitam.
"Kapal ini akan beroperasi di kawasan tersebut untuk
menghadapi perubahan situasi militer," lapor media pelat merah Rusia,
sembari menambahkan kapal itu dilengkapi rudal jelajah, sistem pertahanan
rudal, artileri, senjata anti-pesawat, torpedo dan sebuah dok helikopter. (Red)
Sumber
: Merdeka.com
0 Komentar