![]() |
Salah satu dari 3 terduga teroris yang ditangkap di Bima
dibawa ke mapolda NTB, Senin (19/6) (Ali Ma'shum/Radar Lombok/JPG)
|
Radar Bharindo - Tiga orang terduga teroris yang
ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri dan Satuan Brimob Polda
NTB di Bima berafiliasi dengan jaringan ISIS.
Wakapolda NTB Kombes Pol Imam Margono mengatakan, dari hasil
pemeriksaan dan pengamatan kepolisian, ketiga orang yang tertangkap ini bisa
disebut terafiliasi dengan ISIS.
"Mereka ini membaiat (mengucapkan sumpah setia) kearah
ISIS. Tapi detailnya nanti akan dilakukan pemeriksaan lanjutan," ujarnya dalam konfrensi pers di Mapolda NTB
didampingi beberapa pejabat utama (PJU) Polda NTB sebagaimana dilansir Radar
Lombok, Selasa (20/6).
![]() |
Polda NTB memberikan keterangan pers terkait dengan
penangkapan tiga terduga teroris di Bima, Senin (19/6) (Ali Ma'shum/Radar
Lombok/JPG)
|
Dalam kesempatan itu, polisi juga menghadirkan ketiga terduga
teroris yang diamankan. Selain itu, seluruh barang bukti yang diamankan ikut
juga diperlihatkan. Ketiganya dibawa dari Bima menuju jalur darat dan sampai di
Mataram pada Minggu malam (18/6) sekitar pukul 23.30 Wita. Selanjutnya,
ketiganya dibawa ke Mapolda NTB sekitar pukul 13.00 Wita untuk diperlihatkan
kepada media.
Ketiga terduga teroris
yang ditangkap atas nama Kurniawan Bin Hamzah (23 tahun), Nasrul Hidayat
(21 tahun). Keduanya warga Desa Dore Kecamatan Palibelo Bima. Sedangkan terduga
terakhir yang ditangkap adalah Rasyid Ardiansyah alias Olga (35 tahun) warga
Penatoi Kecamatan Mpunda Kota Bima.
Kurniawan, kata Wakapolda, sebagai pelaku utama dan berperan
merakit bom serta mensurvei Mapolsek
Woha Bima. Sedangkan Nasrul Hidayat ini
yang berstatus seorang mahasiswa berperan sebagai kurir dan membeli bahan-bahan
H2O2 cair.
''Kalau Rasyid Ardiansyah perannya ikut melaksanakan fai
(perampokan untuk kegiatan terorisme) di Kantor Pos Giro Ciputat pada tahun
2012," bebernya.
Adapun barang bukti yang ditemukan saat penangkapan berupa
satu buah bom rakitan aktif. Bom ini ada pada
Kurniawan. Kemudian ada juga barang bukti yang ditemukan di rumahnya
terdiri dari 24 item.
Diantaranya, casing pipa paralon sebagai kemasan bom rakitan.
Jalur komunikasi system elektronik (switching) yang sudah jadi. Peralatan yang
digunakan sebagai switching. Lampu hias yang akan digunakan sebagai inisiator.
Peralatan pembuatan peledak, pupuk urea, bahan peledak
sebagai inisiator serta saklar on dan off. Ada juga wadah bahan peledak yang sudah jadi serta
samurai dan senapan angin.
"Jadi barang bukti ini ditemukan dan telah memenuhi
unsur perbuatan tindak pidana terorisme berupa perencanan penyerangan personel
dan Makopolri di wilayah Bima dengan menggunakan bom rakitan," tegasnya.
Dari hasil introgasi yang dilakukan, Kurniawan mengaku
sebagai anggota Jamaah Ansarut Daulah (JAD) Bima. Dimana kelompok tersebut
disebutnya telah berbaiat kepada ISIS.
"Ia juga mengaku telah merakit bom rakitan dengan bahan
peledak TATP primer high exsplosive dan rangkaian elektronik yang sudah
dimodifikasi menjadi switching bom rakitan dari HP serta rangkaian jebakan
rakitan dari penjepit baju atau anti tarik," jelasnya.
Kurniawan mengaku
mendapat ilmu meracik bahan bom rakitan
dari internet yang dirilis oleh ISIS melalui link di group telegram Bahrun
Naim.
Kepolisian sudah melakukan uji coba dengan meledakkan bahan
peledak TATP ( Triacetone Triperoxide) yang disita dari Kurniawan. Daya ledaknya itu cukup tinggi. "Ia juga mengaku telah siap menyerang
beberapa tempat dengan cara melumpuhkan anggota Polri yang bertugas di Mapolsek
Woha. Tujuannya itu untuk merebut senjata api petugas," jelas Wakapolda.
Setelah itu dia juga
berencana akan mengebom Mapolsek Woha
dan Polsek Bandara Bima. "Mapolres Kabupaten Bima juga menjadi
sasarannya," katanya.
Kurniawan juga mengaku
pada tanggal 17 Juni 2017 akan melakukan percobaan peledakan di lintas jalan
Dore-Talabiu. "Apabila sukses, ia
akan melakukan penyerangan terhadap Mapolsek Woha dengan cara melemparkan bom
rakitan. Tapi sebelum beraksi dia sudah tertangkap oleh tim Densus 88 yang bekerja
sama dengan Sat Brimob Polda NTB,"
terangnya.
Kurniawan rupaya mempunyai riwayat panjang jaringan teroris.
Ia juga disebut sebagai jaringan kelompok Penatoi dibawah pimpinan Ustad
Iskandar dan telah tertangkap pada tahun 2010 lalu.
"Pada tahun 2014 di Poso untuk melaksanakan tadrib
(pelatihan militer). Jadi dia juga bergabung dengan kelompok Poso. Kemudian dia
kembali ke Bima untuk bergabung dengan jamaah Ansarut Daulah Bima," imbuhnya. (Red)
Butuh Informasi lainnya !!! “Silahkan
Klik & Pilih di Home”
Sumber : JawaPos.com
0 Komentar