![]() |
Kapolda Jabar Irjen Pol. Anton Charlian |
Radar Bharindo, Bandung ~ Beberapa orang tua peserta
seleksi calon taruna Akpol ngamuk, pasalnya mereka tak terima dengan kebijakan
Kapolda Jabar Irjen Pol. Anton Charlian yang melakukan Rikkes ulang dan
prioritas putra daerah.
Kemarahan orang tua peserta memuncak, sesaat setelah Panda (panitia daerah) Polda Jabar, Rabu (28/6/2017) di Aula Muryono Mapolda Jabar, mengumumkan bahwa kuota calon taruna Akpol yang akan dikirim ke Semarang, dibagi menjadi dua, putra daerah dan non putra daerah.
Setelah dirangking, untuk putra daerah dari 13 peserta yang
berhasil lolos 12 orang, sedangkan non putra daerah dari 22 peserta yang lolos
untuk mengikuti seleksi tingkat pusat di Akpol Semarang 11 orang. Selain itu polda
Jabar pun meloloskan 4 calon Taruni Akpol (Polwan).
Mengetahui, anaknya tidak lolos akibat kebijakan Kapolda
melakukan Rikkes ulang dan penerapan putra daerah, spontan para orang tua pun
berteriak-teriak memprotes, sedangkan putra mereka hanya menangis karena tak
lolos masuk Akpol.
Dua orang perwakilan orang tua, Warman dan Ny Nani sangat
berang sekali. Menurut mereka akibat keluarnya kebijakan Kapolda yang mendadak
menimbulkan ketidakadilan. Saat sebelum ditetapkan prioritas putra daerah, anak
mereka berada dalam rangking urutan kecil dan sangat berpeluang untuk lolos.
Namun setelah ada kebijakan putera dan non putra daerah, rangking anaknya
menjadi turun dan tidak berhasil masuk dalam kuota taruna Akpol yang akan
dikirim.
“Saya akan berjuang sampai titik darah penghabisan, untuk
memperjuangkan anak saya. Kalau saja nilai anak2 putra daerah lebih tinggi saya
tidak apa2. Tapi yang terjadi sekarang, mereka yang lolos dikirim ke Semarang
nilainya di bawah nilai anak2 kami,” teriak Ny. Nani.
Menurut nya dia sudah 12 tahun tinggal di Bandung, mengikuti
suami yang berdinas di TNI. Ny. Nani merasa sudah menjadi orang Sunda pituin.
Tetapi dengan kejadian anaknya tidak lolos karena bukan orang Sunda asli, dia
menjadi tersinggung.
“Copot tuh gambar Garuda Pancasila, di sana tertulis bhineka
tunggal Ika. Polda Jabar sudah tidak mengakui arti kebhinekaan,” umpatnya lagi
sambil menunjuk gambar burung Garuda Pancasila yang ada di depan Aula Muryono.
Sedangkan Warman seorang pamen Polri yang anaknya juga tidak
lolos gara2 kebijakan Kapolda Jabar menerapkan putra daerah mengatakan, Kep
Kapolda Jabar yang menerapkan prosentase putra daerah dan non putra daerah,
serta dilakukan Rikkes ulang sangat tidak benar dan melukai hati para orang tua.
“Kenapa Rikkes ulang dilakukan di penghujung seleksi bukannya
di awal-awal, kemudian Kep Kapolda soal putra daerah pertanggal 23 Juni 2017,
beberapa hari sebelum sidang pengumuman calon taruna Akpol. Kenapa tidak di
awal penerimaan diumumkan?” .
Warman berjanji akan melaporkan tindakan Kapolda Jabar ke
Propam mabes Polri, dan menganjurkan orang tua yang anaknya menjadi korban
kebijakan Kapolda Jabar untuk mem PTUN kan Irjen Pol Anton Charlian.
Menurut mereka, hanya Polda Jabar yang menerapkan putra daerah
dan melakukan Rikkes ulang, sedangkan di Polda lainnya di Indonesia tidak.
Pemberlakukan putra daerah dan non putra daerah dalam seleksi pun baru
dilakukan oleh Polda Jabar, di instansi manapun tidak pernah dilakukan.
Sedangkan, irwasda Polda Jabar, Kombes Pol. Drs. Rusli Hedyaman, selaku koordinator pengawasan dan
pemimpin dalam sidang pengumuman calon taruna Akpol menjelaskan penerapan putra
daerah dan non putra daerah oleh Kapolda Jabar, berdasarkan Wanjak Kapolda
dengan jajaran pejabat utama, serta sudah dikonsultasikan dengan. Pihak mabes
polri.
Baca Juga :➢Kapolri, “Tidak Ada Klasifikasi Putra Daerah Dalam Seleksi AKPOL, Kecuali di Wilayah Papua”
“Silahkan, Kapolda Jabar sudah mengkordinasikan hal ini, dan
beliau sudah menyatakan siap bertanggung jawab atas kebijakan yang diambilnya,”
jelas Rusli. (RBI 248,Red)
Sumber : Berantas
News
0 Komentar