![]() |
Presiden Filipina Duterte (Photo: Net) |
Presiden
Filipina, Rodrigo Duterte, mengatakan akan memerintahkan putranya dibunuh jika
tuduhan dia terlibat perdagangan narkoba terbukti.
Radar Bharindo, Manila ~ "Saya perintahkan kamu
dibunuh jika kamu ditangkap. Dan saya akan melindungi polisi yang membunuh
kamu, jika (tuduhan) ini benar," kata Duterte kepada wartawan, menirukan
apa yang dia katakan kepada putranya, Paolo.
Pada awal bulan ini, Paolo Duterte dihadirkan dalam sidang
Senat Filipina. Saat itu dia membantah terlibat dalam operasi penyelundupan
narkoba bernilai jutaan dollar seraya menegaskan tuduhan atasnya tidak
beralasan dan menolak menjawab pertanyaan.
![]() |
Presiden Rodrigo Duterte
(kanan) berjanji dia takkan menjadi sosok munafik jika anak-anaknya, termasuk Paolo (kiri) terbukti terlibat narkoba. Photo APF/REUTERs |
Menantu presiden, Manases Carpio, juga hadir di sidang untuk
membantah terlibat dalam pengiriman narkoba dari Cina ke Manila, yang nilainya
diperkirakan mencapai US$125 juta atau sekitar Rp1,5 triliun.
Sejak berkuasa pertengahan tahun lalu, Presiden Duterte
melancarkan operasi besar-besaran untuk melawan narkoba di Filipina dengan
mengizinkan aparat keamanan menembak mati para pengedar narkoba.
Sejauh ini polisi sudah menewaskan sekitar 3.800 terduga
pengedar narkoba sementara ribuan lainnya tewas tidak jelas.
Duterte berjanji untuk mengundurkan diri jika ada anggota
keluarganya yang terlibat dalam perdagangan narkoba.
![]() |
Effi dari Duterte
dibakar di luar istana
kepresidenan di Manila. Hak atas Photo REUTERS
|
Demonstrasi
anti dan pro Duterte
Kebijakan 'tembak di tempat' bagi pengedar narkoba dan
ancaman untuk memberlakukan kembali undang-undang darurat perang yang
dilontarkan Duterte memicu demonstrasi di luar istana kepresidenan.
Para demonstran mengusung poster bertuliskan 'Stop
Pembunuhan' dan 'Katakan tidak untuk UU Darurat Perang'. Mereka juga membakar
sebuah lukisan potret Duterte.
Wakil Presiden Filipina, Leni Robredo—seorang politisi
liberal yang tidak turut berkampanye bersama Duterte—menyeru kepada warga
Filipina untuk mengingat masa penindasan pada era kekuasaan Ferdinand Marcos.
Mantan presiden Filipina itu dikenal sebagai sosok yang pernah memberlakukan UU
Darurat Perang.
"Jika kita tidak mengingat masa lalu, kita akan mengulanginya,"
katanya.
Di lain pihak, walau Duterte dikecam, terdapat aksi mendukung
presiden yang diikuti ribuan orang. Persentase popularitas Duterte di Filipina
tetap tinggi, meski kebijakan-kebijakannya dan pernyataan publik yang dia
lontarkan kerap kontroversial. (Bc,Red)
Sumber : BBC Indonesia.com
0 Komentar