![]() |
Peluru kendali atau
rudal Korea Utara saat dipamerkan dalam parade militer di Pyongyang.
Foto/REUTERS
|
Radar Bharindo, Seoul ~ Sejumlah peluru kendali (rudal)
Korea Utara (Korut) terpantau “bergerak” dari hanggarnya di dekat Pyongyang.
Pemindahan senjata-senjata itu diyakini sebagai persiapan Pyongyang untuk
merespons manuver militer Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di Semenanjung
Korea.
Pergerakan rudal-rudal militer rezim Kim Jong-un itu
terpantau satelit mata-mata AS pada hari Jumat.
Data satelit itu membuat badan intelijen Amerika dan Korea
Selatan bersiap dengan strateginya jika rezim Kim Jong-un benar-benar melakukan
provokasi baru.
Pemerintah Seoul awalnya khawatir Pyongyang akan meluncurkan
rudal-rudalnya pada 10 Oktober bertepatan dengan ulang tahun Partai Buruh,
partai berkuasa di Korut. Namun, kekhawatiran itu tidak terbukti.
Kendati demikian, rasa waswas Korea Selatan belum reda,
karena pekan depan China menggelar konferensi ke-19 Partai Komunis. Momen itu
dikhawatirkan dimanfaatkan Pyongyang untuk meluncurkan senjatanya meski dalam
aksi uji coba.
Citra satelit mata-mata AS menunjukkan bahwa rudal-rudal yang
digerakkan atau dipindahkan salah satunya diduga rudal balistik antarbenua
(ICBM).
“Korea Utara dapat melakukan peluncuran ICBM dan IRBM (rudal
balistik jarak menengah) secara bersamaan dalam beberapa hari sebagai protes
terhadap pertunjukan militer AS,” tulis surat kabar Korea Selatan, The Dong-A
Ilbo, mengutip sumber militer terkait, Sabtu (14/10/2017).
Dalam sepekan ini, Washington telah melakukan manuver militer
di kawasan Semenanjung Korea dan sekitarnya. Pada Selasa malam lalu, misalnya,
dua pesawat pembom supersonik Angkatan Udara AS, B-1B, diterbangkan di atas
Semenanjung Korea, meski ada ancaman dari Korea Utara untuk menembak jatuh
pesawat Amerika.
Pada keesokan harinya, Rabu, giliran kapal induk bertenaga
nuklir AS, USS Ronald Reagan, dan armada tempurnya melakukan latihan gabungan
dengan kapal perang Jepang di dekat Semenanjung Korea.
Sebagai tanggapan dari manuver Washington itu, pemerintah Kim
Jong-un mengeluarkan ancaman terbaru untuk menyerang Guam, kepualauan di
Pasifik yang jadi pangkalan militer Washington.
Kepala Staf Gedung Putih John Kelly mengakui bahwa ada
”kekhawatiran besar” terkait nasib orang-orang Amerika yang tinggal di Guam.
“Saat ini kami pikir ancaman itu bisa diatur. Mari berharap
pada kerja diplomasi,” katanya dalam konferensi pers di Gedung Putih, yang
dilansir Reuters. (Mas,Red)
Sumber : Sindo.com
0 Komentar