![]() |
Masjid Rawda pasca
serangan bom di Mesir (Foto: Reuters/Mohamed Soliman
|
Radar Bharindo, ~ Serangan kelompok militan di Sinai yang
berafiliasi dengan ISIS di terhadap jemaah shalat Jum’at bahkan dianggap terlalu
biadab oleh faksi-faksi pro-al-Qaidah. Bahkan beberapa di antara mereka
mengatakan akan membalas dendam kepada pelaku serangan tersebut.
Lebih dari 300 orang tewas diberondong peluru di sebuah
masjid di Sinai pekan lalu. Di antara korban tewas ada hampir 30 anak-anak yang
tidak berdosa, ditembus timah panas di rumah Tuhan.
ISIS tidak bersuara dalam serangan kali ini, namun pemerintah
Mesir menduga ada kelompok Negara Islam Utara Sinai (ISNS) di belakangnya. ISNS
berbaiat kepada ISIS pada 2014, setelah Abu Bakar al-Baghdadi mengumumkan
kekhalifahan.
ISNS adalah militan terbesar di Sinai, namun di wilayah
rentan Mesir ini banyak kelompok bersenjata lainnya, salah satunya Jundul Islam
yang pro-al-Qaidah.
Menurut
juru bicara Jundul Islam, yang dikutip dari CNN, Selasa (28/11), apa yang
dilakukan ISNS terhadap masjid jemaah sufi di Sinai adalah sebuah "dosa
besar dan pelanggaran berat terhadap kesucian Muslim."
Jundul Islam telah lama memerangi ISNS, bentrokan kedua
kelompok ini terakhir terjadi bulan lalu. Menurut Jundul Islam, ISNS adalah
"khawarij", istilah Islam untuk pemberontak dan ektremis. Sedangkan
menurut orang Islam lainnya, baik al-Qaidah dan ISIS adalah khawarij.
Kelompok pro-al-Qaidah lainnya di Mesir, Ansarul Islam,
menyampaikan duka citanya kepada keluarga korban pembantaian tersebut. Mereka
mengatakan, Allah akan menjatuhkan azab kepada para pembunuh umat Islam.
Dalam
pernyataannya Sabtu lalu, Ansarul Islam berjanji akan balas dendam melawan
"pengacau yang menumpahkan darah jemaah di rumah Allah."
Berbeda dengan ISIS, Ansarul Islam dan Jundul Islam lebih
banyak mengincar tentara Mesir ketimbang warga. Bulan lalu, mereka menyerbu
pasukan Mesir di bagian barat negara itu.
Kelompok ini dipimpin oleh Hisham Ashmawy, mantan kapten
pasukan khusus militer Mesir. Awalnya dia adalah bagian dari Ansar Baitul
Maqdis, namun keluar setelah kelompok itu berbaiat pada ISIS lalu berubah nama
menjadi ISNS.
Perpecahan kelompok ini menurut para pengamat lebih kepada
perbedaan ideologi, bukan perseteruan pribadi. (Kum,Red)
Sumber : Kumparan.com
0 Komentar