![]() |
Sebuah jalan sepi terlihat di Shanghai, 6 Februari 2020. (FOTO: NOEL CELIS / AFP) |
Radar Bharindo, Shanghai ~ Sepekan lebih sudah, penduduk
Shanghai yang berani pergi keluar rumah menemukan sesuatu yang asing: kedamaian
dan ketenangan.
Wabah
virus korona yang mematikan membuat sebagian besar aktivitas di China terhenti.
Namun mungkin, tidak ada perubahan yang lebih mencolok daripada di kota
terbesar dan paling ramai di negara itu.
Hilang
sudah kemacetan lalu lintas, trotoar ramai, dan pengusaha yang bergegas
berangkat bekerja. Suasana itu digantikan oleh jalan-jalan kosong yang
menakutkan, bar dan bisnis yang tutup, dan hanya pejalan kaki sesekali selalu
di belakang topeng pelindung.
Shanghai
merupakan yang terpadat dari banyak kota besar di China, tetapi keramaian di
sana hilang seperti dihantui hal yang sangat menakutkan.
Tepi
sungai Bund yang indah biasanya dipenuhi orang-orang kini tampak kosong.
Gedung-gedung
pencakar langit perusahaan yang menjulang sebagian besar kosong.
Keheningan
hanya sesekali terusik oleh dentang menara jam setinggi 90 meter di atas
Shanghai Customs House yang berusia 93 tahun.
Zhao
Feng merupakan salah satu dari beberapa orang-orang yang lewat, yang tersebar
di kawasan pejalan kaki pada hari terakhir.
BACA JUGA:
Wabah Virus Korona
Merebak di China, Industri Durian dan Pariwisata Malaysia Terguncang
"Kami
tahu tidak baik pergi ke luar, tapi kami memakai masker sebagai tindakan
pencegahan," kata Zhao (40), dalam perjalanan bersama keluarga, seperti
dikutip AFP.
"(Shanghai)
sangat tenang karena semua orang memiliki rasa perlindungan diri yang
kuat."
Sebagian
besar warga mematuhi arahan resmi yang dikeluarkan melalui pesan teks massal
atau pengeras suara untuk tidak keluar kecuali jika benar-benar diperlukan.
Ketika
keluar, pejalan kaki sering pindah ke satu sisi trotoar untuk menghindari warga
lain yang mendekat.
Sistem
kereta bawah tanah di sana, salah satu yang terpanjang di dunia, memberlakukan
aturan wajib memakai masker, seperti halnya setiap bisnis yang masih tetap
terbuka.
Bagi
mereka yang terjebak di rumah, pemerintah mengeluarkan serangkaian tips tentang
hal-hal seperti latihan di rumah atau cara menghindari gangguan pernapasan,
seperti pneumonia.
"Kurangi
mengkonsumsi laporan media yang membuat orang tidak bahagia, sehingga
mengurangi kekhawatiran dan masalah Anda," kata sebuah surat edaran
pemerintah.
Namun,
rasa bosan akhirnya membebani banyak orang.
"Yang
bisa saya katakan adalah saya muak tinggal di rumah!" kata salah satu
warganet di media sosial.
Cuaca
cerah yang menghiasi kota selama beberapa hari terakhir memikat banyak warga nekat
berjemur.
Namun
hal itu memicu perintah baru dari pihak berwenang di media sosial.
"Anda
tidak bisa mendisinfeksi diri dengan berdiri di bawah sinar matahari,"
katanya. (NRM/Red)
Sumber : iNews.id
0 Komentar