"Yang menyedihkan
buat pasien suspek covid adalah meninggal sendirian, sesak sendirian. Mau minta
tolong? ga ada perawat berjaga, ruangan isolasi tertutup, keluarga ga bisa
lihat.
![]() |
Guru Besar UI Bambang Sutrisna (Foto: Istimewa) |
Radar Bharindo, Jakarta ~ Guru Besar Epidemiologi FKM UI,
Bambang Sutrisna meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP)
Persahabatan, Jakarta Timur, Senin (23/3/2020). Sang anak, Leonita Triwachyuni,
menceritakan bagaimana pilunya ditinggal ayahnya untuk selama-lamanya saat
dirawat akibat suspect virus Corona jenis baru atau Covid-19.
Leoonita
mengatakan sejak awal sudah meminta ayahnya untuk tidak bekerja terlalu keras.
Namun, ayahnya tetap melakukan perawatan pasien yang ternyata merupakan pasien
suspec Covid-19.
"Ya
memang, ayah saya bisa dibilang bandel, disuruh jangan praktek bilangnya kasian
orang dari jauh. Ternyata pasien yang dibilang kasian itu adalah suspek COVID
dengan rontgen paru2 uda putih semua. Pasien tersebut yang pulang paksa dari RS
Bintaro karena ini dan itu," tulisnya dalam akun @nonznonz seperti dilihat
iNews.id, Senin (23/3/2020).
Dia
mengatakan ayahnya sebagai sosok yang berdidikasi. Meski sesak napas dan patah
kaki, dia tetap mengajar.
"Patah
kaki aja masih jalan, batuk2 masih ngajar dari rumah. Jadi ketika mengeluh
sesak, itu ga main2. Dibawa ke RS, sesak ga membaik, saturasi terus turun, RJP,
intubasi dan meninggal," ucap Leonita.
Leonita
merasa sedih karena tidak bisa menemani hari-hari terakhir ayahnya. Dia
mengatakan ayahnya selalu sendiri saat merasa kesakitan karena berada di ruang
isolasi.
"Yang
menyedihkan buat pasien suspek covid adalah meninggal sendirian, sesak
sendirian. Mau minta tolong? ga ada perawat berjaga, ruangan isolasi tertutup,
keluarga ga bisa lihat. Tahu apa yg papa lakukan pas sesak tadi malam? telepon
anak dan menantunya, minta tolong. Saya sampai menelpon rs utk kasih tau,
karena keluarga ga bisa masuk," kata dia.
Dia
berharap semua masyarakat untuk mematuhi imbauan pemerintah mengenai social
distancing. Menurutnya, aturan tersebut dibuat bukan untuk menakut-nakuti.
"Sungguh bukannya
mau nakut2in tapi kalian bayangkan kalo keluarga kalian sesak nafas dan
telepon2 kalian sambil minta tolong karena sesak, gimana perasaan kalian? Ato
kalo kalian sendiri akhirnya tumbang karena covid dan diisolasi, sendirian,
sesak juga dinikmati sendirian, gimana perasaan kalian?" katanya
Dia
sangat terpukul karena tidak bisa melihat prosesi pemakaman yang lazim. Bahkan
peti yang sudah dipesan pun tak bisa dipakai.
"Jujur
saya 2 minggu ini bahkan ga pulang, takut ketemu orang tua, kenapa? karena saya
kerja di RS, dan saya paham betul di rumah saya ada 2 orang berusia di atas 60
tahun yg harus dilindungi. Saya ga punya pilihan untuk #dirumahaja karena saya
masih jaga. Saya ga dapat jatah swab dari RS karena terbatas. Ya saya telan aja
sendiri semuanya," kata Leonita. (RM/Red)
0 Komentar