![]() |
Amien Rais, pendiri Partai Amanat Nasional.(Photo:Istimewa) |
Radar Bharindo, Jakarta ~ Konflik internal Partai Amanat Nasional (PAN)
kian meruncing. Bahkan, kini muncul wacana lahirnya Partai Amanat Nasional
(PAN) Reformasi yang dimotori kubu Amien Rais-Mulfachri Harahap, setelah
kepengurusan DPP PAN pimpinan Zulkifli Hasan disahkan oleh pemerintah.
Wacana ini
digulirkan setelah beredar kabar jika Amien Rais tidak lagi mendapat jabatan
resmi di struktural partai. Posisi Amien Rais sebagai ketua dewan kehormatan
pada periode lalu, kini digantikan Soetrisno Bachir. Kondisi ini memunculkan
amarah dari loyalis Amien Rais karena mantan ketua umum pertama PAN tersebut
tetap dibutuhkan di struktur partai.
“Kami
menilai memang ruang diskusi dan negosiasi antara kubu-kubu berseberangan
setelah Kongres V PAN di Kendari semakin kecil sehingga peluang pecah begitu
terbuka,” ujar pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang
Komaruddin, di Jakarta, kemarin. (Baca: Kubu Zulhas Yakin Amien Rais Tak
Mungkin Bentuk PAN Tandingan)
Apa yang
terjadi di PAN, menurut Ujang, sama dengan terjadi pada parpol-parpol Islam
lainnya, seperti PPP dan terbaru PKS. “Ada gejala parpol-parpol Islam mengalami
perpecahan pasca-Reformasi,” katanya.
Menurut
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini, indikator perpecahan
PAN begitu kuat, di antaranya ada tuduhan dari kubu Amin Rais dan Mulfachri
bahwa Kongres PAN di Kendari brutal dan curang, lalu ada indikasi intervensi
dari pihak lain, serta kelompok Amien Rais dan Mulfachri disingkirkan dari
kepengurusan DPP PAN periode 2020–2025. “Saya melihat sepertinya ruang kompromi
sudah tertutup karena SK Kemenkumham sudah keluar. Artinya, kepengurusan Zulhas
sudah sah. Di satu sisi, Amien Rais menginginkan kepengurusan jangan disahkan
dulu,” katanya.
Dikatakan
Ujang, di situlah letak pertarungan antara Zulhas yang “disokong” pemerintah,
di satu sisi Amin Rais yang memang didukung para loyalisnya. “Inilah yang
sebenarnya kita sangat prihatin, PAN yang lahir dari rahim reformasi akan pecah
menjadi PAN Reformasi, ini sangat prihatin,” tuturnya.
Ujang
mengatakan tidak ada partai yang besar dan hebat karena perpecahan. “Di manapun
itu, kalau ingin besar harus solid, harus merangkul, harus saling menyatukan,
saling membesarkan. Nah, yang terjadi di PAN hari ini adalah saling
menyingkirkan, tidak saling mengakomodasi. Inilah sebenarnya yang sangat
menyakitkan,” katanya.
Menurut
Ujang, indikasi perpecahan di tubuh PAN sangat nyata. Bahkan, sejak kongres,
para pendukung Amien Rais menyebut banyak yang di-Plt-kan, baik di tingkatan
pimpinan wilayah maupun cabang. “Ini membuktikan bahwa banyak orang sakit hati
dengan kongres kemarin. Oleh karena itu, kemungkinan besar perpecahan itu kalau
tidak ada ruang damai lagi maka pasti akan terjadi,” tuturnya.
Apalagi,
menurut Ujang, jumlah loyalis Amien Rais masih banyak. Dia bahkan menyebut jika
kongres di Kendari berlangsung adil, bukan mustahil kubu Amin Rais-Mulfachri
bakal menang. “Saya melihat secara akademisi iya (tidak fair), secara teori.
Tapi, secara praktis karena saya pernah menjadi tim sukses, pernah membantu
orang di partai, saya melihat ya memang permainannya seperti itu. Ibaratnya
kalau nggak curang ya nggak menang. Kalau nggak dikondisikan ya nggak menang.
Kalau boleh jujur apa yang dikatakan Amien Rais ini ada benarnya,” tuturnya.
Mengenai
dugaan intervensi pemerintah yang berada di kubu Zulhas, Ujang mengatakan, indikasi
itu sangat terlihat. “Saya tidak menuduh, tapi indikasi itu terlihat. Siapa
lagi pihak yang berkepentingan terhadap itu? Karena kan dulu kita tahu
intervensi pemerintah terhadap Golkar dan PPP. Memang PAN tidak mau secara
vulgar menuduh pemerintah, tapi siapa lagi pihak ketiga yang katakanlah
memiliki instrumen kuat untuk mengintervensi, selain kekuatan itu,” katanya.
Politisi
senior PAN Putra Jaya Husin mengakui, usulan pembentukan PAN Reformasi
disuarakan Ketua DPW PAN Sulawesi Barat (Sulbar) Asri Anas masih tahap awal
yang mendapat dukungan 150–160 DPW dan DPD PAN. Putra Jaya menjelaskan, gerakan
ini mencuat lantaran kepemimpinan PAN saat ini dinilai sudah melenceng dari
cita-cita awal partai berlambang Matahari Biru ini didirikan. Bahkan, diakuinya,
usulan ini belum ditanggapi Pendiri PAN Amien Rais karena Amien hendak
mengajukan gugatan atas kepengurusan PAN periode 2020–2025 yang baru saja
disahkan pemerintah. (Baca juga: Tak Ada Nama Amien Rais Dalam Kepengurusan PAN
Periode 2020-2025)
“Jadi, menjelang
pelantikan DPP yang baru dilihat Pak Amien tidak diajak bicara, tidak
dilibatkan dalam PAN, mereka pikir lebih baik mendirikan PAN baru, lebih sesuai
dengan cita-cita didirikan PAN dulu. Kalau sekarang ini sudah lari dari
cita-cita didirikannya PAN,” katanya, kemarin.
“Ada
desakan dari bawah, tapi Pak Amien belum menanggapi karena sedang fokus
mempersiapkan gugatan hasil kongres terhadap proses kongres,” katanya.
Putra Jaya
mengklaim, gerakan PAN Reformasi ini sudah didukung 150–160 DPW dan DPD sehingga
usulan ini memang baru tahap awal dan belum ditanggapi Amien Rais. Dia yakin
bahwa gerakan ini akan masif setelah Amien Rais menanggapi. “Belum ditanggapi
Pak Amien ya. Kalau ditanggapi Pak Amien akan lebih besar,” ujarnya.
Menurut
dia, pernyataan Anas terkait PAN Reformasi ini bukan cuma mewakili DPW Sulbar
saja, tapi bersama DPW lain. Bahkan, grup khusus antar-DPW dan DPD mengenai ini
sudah terbentuk serta Asri Anas mewakili mereka. Untuk itu, pihaknya mendesak
Amien Rais membentuk partai baru. “Mendesak, meminta kepada Pak Amien agar
mendirikan partai baru,” katanya.
Dihubungi
terpisah, kubu Ketua Umum (Ketum) PAN terpilih Zulkifli Hasan (Zulhas) yakin
bahwa Amien Rais tidak mungkin mendukung apalagi membentuk PAN Reformasi
sebagai partai sempalan PAN. Karena bagaimanapun, partai berlambang Matahari
Biru ini didirikan oleh Amien Rais beserta tokoh lain. Pihak Zulhas enggan
menanggapi terlalu serius pernyataan Asri Anas karena dia masih baru di PAN.
“Asri Anas
itu kan baru di PAN, dia nggak pernah ikut Kongres PAN di Bali untuk periode
2015–2020. Asri Anas itu kan Plt DPW Sulbar (Sukawesi Barat). Awalnya
pengesahan tata tertib, kemudian disahkan bahwa pemilihan dipercepat, nah dia
nggak ada waktu itu,” kata Yandri Susanto saat dihubungi KORAN SINDO di
Jakarta, kemarin.
Yandri
menjelaskan, saat ditetapkan untuk voting sampai proses pemilihan berlangsung
pun tidak ada protes. Setelah Zulhas ditetapkan sebagai Ketua Umum PAN
terpilih, juga Mulfachri mengucapkan selamat dan mereka saling berpelukan. Peserta
pun tidak menyatakan keberatan saat penetapan AD/ART PAN, program kerja, dan
rekomendasi kongres. “Itu diketok di forum kongres dan sekali lagi Asri Anas
nggak ada. Dia banyak berwacana, tapi nggak tahu fakta. Gitu,” katanya.
Karena itu,
Yandri meyakini bahwa usulan pembentukan PAN Reformasi itu hanya keinginan Asri
Anas dan segelintir orang saja. Amien Rais tidak mungkin mendukung itu karena
PAN lahir dari tangan Amien Rais sehingga dia sangat menyayangi PAN.
“Saya
meyakini itu kalau Pak Amien Insya Allah nggak mungkinlah, orang Pak Amien yang
melahirkan PAN ini kok. Nggak mungkin, Pak Amien sangat sayang dengan PAN ini.
Persoalan kontestasi itu hal yang biasa,” katanya. (Ki,AR/Red)
Sumber : Koran Sindo
0 Komentar