![]() |
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (Andrean Kristianto)
|
Radar Bharindo, Jakarta ~ Kurs rupiah ambles
melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun ini akibat pandemi virus corona
(COVID-19) yang memicu ketidakpastian di pasar finansial global sehingga
terjadi capital outflow yang besar dari dalam negeri.
Rupiah
sebenarnya mengawali tahun 2020 dengan cemerlang. Pada 24 Januari, rupiah
berada di level Rp 13.565/US$, menguat 2,29% dan mendekati level terkuat dalam
dua tahun terakhir. Saat itu rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di
dunia melawan dolar AS.
Aliran
modal yang deras masuk ke Indonesia membuat rupiah perkasa, sebabnya prospek
pertumbuhan ekonomi global yang membaik di tahun ini. Berdasarkan data dari
Direktorat Jendral Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian
Keuangan, di pasar obligasi, sejak akhir 2019 hingga 24 Januari terjadi inflow
sebesar Rp 30,16 triliun.
19
March 2020 16:27
Para
pelaku pasar memburu aset-aset dengan imbal hasil tinggi, dan rupiah salah
satunya. Selain itu, stabilitas dalam negeri yang terus membaik membuat
investor merasa nyaman berinvestasi di Indonesia.
Tetapi
semua berubah ketika virus corona (COVID-19) mulai menyebar luas hingga
akhirnya ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World
Health Organization/WHO).
Lebih
dari 150 negara terpapar COVID-19, menjangkiti level dari 217.000 orang, dengan
8.810 orang meninggal dunia. Banyak negara kini menerapkan kebijakan karantina
wilayah (lockdown), aktivitas ekonomi menjadi menurun drastis, dan pertumbuhan
ekonomi berisiko melambat, bahkan terancam mengalami resesi global.
Di
Indonesia hingga saat ini sudah ada 309 kasus positif COVID-19, dengan 25 orang
dilaporkan meninggal, dan 15 orang dinyatakan sembuh.
Banyak
negara kini menerapkan kebijakan lockdown, aktivitas ekonomi menjadi menurun
drastis, dan pertumbuhan ekonomi berisiko melambat, bahkan terancam mengalami
resesi global. Akibatnya sentimen pelaku pasar memburuk dan "kabur"
dari aset-aset negara-negara emerging market, dan Indonesia menjadi salah satu
yang terpukul. (PAP/Red)
0 Komentar